Kamis, 15 November 2012

WASPADA BAHAYA TERAPI RENDAM KAKI...


“ Hasil Penelitian berbagai Labor Ilmiah Dunia, Universitas Indonesia.. Universitas Erlangga dll “


Ray Girvan pada tulisannya "Dodgy Detox" menyimpulkan bahwa semua ini hanyalah sebuah reaksi elektrolisis, suatu topik yang umum pada praktikum anak-anak SD/SMP.
Warna merah kekuning-kuningan tersebut adalah besi yang telah teroksidasi yang berasal dari elektroda alat tersebut. Bukanlah suatu kebetulan jika elektroda alat ini bisa diganti dari waktu ke waktu.
Ben Goldcare dari The Guardian melakukan sebuah penelitian kecil untuk menganalisis kandungan zat air sebelum proses detox dan setelahnya. Kandungan besi setelah 'terapi' melonjak sangat tinggi jika dibandingkan sebelumnya. Selain itu, tidak ditemukan urea dan kreatinin pada sampel yang dianalisis, menandakan tidak ada racun yang keluar dari tubuh.

Alat ini pun masuk dalam DeviceWatch.org, sebuah situs yang khusus membahas alat-alat medis yang dipertanyakan kebenarannya. Dalam situs ini, Stephen Barrett, M.D. menyimpulkan bahwa alat-alat ini secara medis tidak berguna.

Talkabouthealthnetwork.com bahkan mengatakan bahwa terapi detox kaki juga memiliki resiko karena reaksi ini melepaskan gas Klorin yang beracun dan Hidrogen yang mudah terbakar. Berhati-hatilah jika menggunakan alat ini. Jangan gunakan alat detoks kaki pada ruangan tertutup karena gas berbahaya akan terkonsentrasi. Atau lebih baik lagi, jangan gunakan alat ini.

Mungkin karena Undang-undang perlindungan konsumen yang cukup baik di negara-negara maju, Ray Girvan dalam tulisannya "Bad Science and rusty footbath revisionism" mengatakan bahwa beberapa produsen 'alat-alat' tersebut merevisi klaim bahwa 'racun' berwarna merah kekuning-kuningan tersebut berasal dari dalam tubuh peserta terapi. Kini mereka mengatakan bahwa warna tersebut berasal dari elektroda pada alat tersebut. Walaupun demikian tentunya manfaat dari alat ini masih belum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.


Bagaimana di Indonesia?

Saya lihat Indonesia belum memasuki 'tahapan' tersebut, mungkin karena perlindungan konsumen yang sangat lemah. Produsen alat-alat tersebut masih bebas mengklaim hal-hal yang jelas-jelas tidak benar.
Klinik terapi detoks atau sedot racun tubuh kini semakin menjamur di berbagai kota besar di Indonesia ( khususnya KOTA SINGKAWANG tercinta )

Tapi berdasarkan penelitian alat itu hanya elektrolisa air dan warna, yang keluar bukan racun. Sangat penting untuk memahami bahwa air akan berubah warna meskipun jika alat dioperasikan tanpa kaki berada di dalam air.
Dasar perubahan warna adalah  hasil reaksi dari seluruh variable/perubah dalam air dan elektroda. Perubahan warna akan berbeda dalam kaitannya dengan partikel dan komponen kimia air.
Kation dalam tubuh kita akan tampak sama karena racun mendominasi di daerah tertentu. Tambahkan sedikit garam dalam air dan rendam kaki ke dalamnya. Kombinasi air, metal dan garam akan memproduksi perubahan warna ringan, sebagaimana objek di  dalam air bahkan tanpa mencelupkan kaki ke dalamnya.
Air tidak membantu terjadinya substansi, bahkan jika sebaliknya dilakukan dengan memasukkan kaki ke dalam air, hal ini akibat perbedaan kualitas air dan garam. Alat akan menetralisir kation di dalam air sebagaimana juga proses penetralan kation dalam tubuh.. Flek hitam dapat diakibatkan oleh logam berat di air rendaman sebagaimana penurunan logam pada elektroda.

Pengalaman dan pengamatan yang didiskusikan diatas akan membantu Anda menentukan apa yang berasal dari perawatan seseorang dan apa yang berasal dari elektroda. Semakin aktif pergerakan dalam substansi mineral, maka semakin aktif proses ionisasi. 
Warna disebabkan oleh reaksi kimia air, garam dan elektroda. Seluruhnya adalah efek partikel kation dan anion (hanya sebagai referensi).
Berdasarkan EAV (Electrical Acupuncture by Voll) dan uji otot, mereka tampil dengan sebuah tabel untuk menjelaskan berbagai toksin yang muncul dari bagian-bagian berbeda pada warna berbasis tubuh pada warna. Ini hanya sebuah skema umum, karena perubahan warna mungkin bervariasi dari satu tempat ke tempat lain tergantung pada air yang digunakan.
Garam yang digunakan untuk konduktivitas air bisa menyebabkan warna berubah sekalipun tanpa merendam kaki dalam air, setelah ionisasi selama 30 menit. 

Nama resik adalah kepanjangan dari rendem sikil alias rendam kaki. Meski sederhana ternyata denyut setrum atau aliran listriknya lebih terasa dibanding mesin detoks merek paten.
Ketika alat ini dihidupkan layaknya proses detoksifikasi cuma tanpa mencelupkan kaki, setengah jam kemudian ember berisi air berubah warna-warni persis seperti yang dijumpai di klinik detoks.

Suhariningsih telah lama melakukan penelitian terhadap alat detoksifikasi yang juga beredar luas di Jatim. Menurut Guru Besar Fakultas MIPA Unair ini, warna merah, hijau atau kuning yang keluar dari air sama sekali bukan racun atau kotoran tubuh yang tersedot mesin detoks.
Suhariningsih berkesimpulan, alat itu hanya alat elektrolisa air yang berfungsi mengurai ion-ion logam yang ada dalam elektroda yang terendam air garam hangat.
Mesin ini tak lain hanya power supply yang dilengkapi regulator untuk mengubah dan menurunkan arus listrik. Suharningsih juga mengingatkan adanya gas klorin yang dihasilkan dari proses elektrolisa air ini.
"Gas klorin sangat berbahaya jika terhirup manusia," kata Suhariningsih. Ion adalah atom yang membawa muatan listrik. Ada dua jenis Ion, ion yang membawa muatan positif disebut Kation, dan yang membawa muatan negatif disebut Anion. Ukuran ion adalah sekitar 1 mikron, atau sama dengan 1/1000 milimeter.
Misalnya Hidrogen (H) atom inti memiliki 1 proton bermuatan positif dan dikelilingi oleh 1 elektron negatif. Proton harus bermuatan positif untuk menarik elektron dari atom hidrogen, dengan kata lain pada tahap ini terjadi ionisasi hidrogen (H+). Sementara, terdapat
8 proton positif dalam oksigen atom inti dan dikelilingi oleh 6 elektron. Karena kekurangan 2 elektron, hal ini menyebabkan penarikan dari elektron lain. Dengan kata lain, atom oksigen dapat dengan mudah menangkap elektron dari tempat lain.
Proses ini disebut oksidasi (O) + hydrogen (H) + elektron (-) = OH. Pada kenyataannya, ion hidroksigen tidak dapat bertahan dalam rangkaian tunggal monomer, melainkan harus bertahan dalam bentuk anion dalam air (H2O + OH = H2O2) dimana terdapat kelebihan elektron untuk anion, yang cenderung memberikan kelebihan itu kepada elektron lain (proses ini disebut “restorasi”). Pertama : Kolam elektrolisis akan membangkitkan anion (reaksi positif) 2 H2O – O2 + 4 H+ + 4e – 1.
Kedua : Kulit menyerap anion (reaksi negative) 4 H2O + 4e- - 4 H2 + 4 OH-2. Ion yang disebutkan diatas tetap berinteraksi dan bersirkulasi, dan setelahnya akan dikeluarkan oleh  tubuh.

"Kalau memang alat ini ampuh, itu penemuan luar biasa dan patut mendapat penghargaan Nobel," kata Iwan.
Di Jakarta klinik terapi ion memang tetap laris manis. Namun di berbagai kota di Jatim tak ada lagi klinik semacam itu yang masih beroperasi. Maklum Dinas Kesehatan setempat secara tegas telah melarang klinik detoks. Alasannya terapi ion masih diragukan manfaatnya dan alat seperti ini tidak teregistrasi di Depkes.    
Bahkan Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya berkesimpulan terapi ini hanya bohong-bohongan. ***   

Ulasan alat terapi ion yang benar oleh para ahli pada hari Minggu tanggal 15 Oktober 2006  antara pkl. 11.00 -13.00 di SCTV.

Kita sendirilah yang menentukan....Mau membuang racun...atau...menambah racun..??!!?


Sumber : - Erictapan.com
                - Opensubcriber.com

Sabtu, 10 November 2012

Waspadai Penyakit TBC Pada Anak

TB Paru Pada Anak




Penyakit TBC merupakan penyebab kematian no 3 setelah penyakit Kardiovaskuler dan penyakit Saluran Pernafasan pada semua kelompok usia. Penyakit TBC menyerang tanpa memandang umur. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun perlu mendapat perhatian dan kewaspadaan akan penyakit TBC ini. Dari 9 juta kasus baru TB di seluruh dunia, 1 juta adalah kasus pada anak usia <15 tahun. Mayoritas anak tertular TB dari pasien TB dewasa. Infeksi TB pada anak dan pasien TB anak terjadi akibat kontak dengan orang dewasa sakit TB aktif. Diagnosis TB pada dewasa mudah ditegakkan dari pemeriksaan sputum yang positif. Sulitnya konfirmasi diagnosis TB pada anak mengakibatkan penanganan TB anak terabaikan dan tidak fokus.

Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, penyakit TBC pada anak tidak menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar. Karena berada di dalam kelenjar, sifatnya tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa kuman keluar melalui jalan napas, sehingga pada saat batuk, percikan ludah yang mengandung kuman ini lah yang berpotensi menular pada orang lain.

Gejala TBC sendiri tidak serta-merta muncul. 4-8 minggu setelah infeksi biasanya anak hanya sedikit demam. Beberapa bulan kemudian anak mulai batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah infeksi) anak mulai tidak nafsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun tanpa sebab. Selain itu juga ada pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul gambaran flek. Pada saat itu ada dua kemungkinan, apakah akan muncul gejala TBC yang sesungguhnya atau sama sekali tidak muncul gejala, tergantung dari kekebalan anak. Pada anak yang daya tahan tubuhnya bagus biasanya TBC-nya tidak muncul, tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul, bukan di paru-paru lagi, melainkan bisa di tulang, ginjal, otak, dll. Justru ini lebih berbahaya  dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.

Riwayat Penyakit TBC

Mendeteksi penyakit TBC pada anak cukup sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan anak tidak mengeluarkan kuman pada dahaknya dan gejala yang tampak juga sangat sedikit. Yang harus dicermati adalah riwayat penyakitnya.
# Apakah ada riwayat kontak anak dengan pasien TB dewasa.
# Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau reaksi BCG sangat cepat,
   misalnya bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi BCG. Ini juga harus dicurigai TBC,
   meskipun jarang.
# Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan setiap bulan berkurang
# Demam lama atau berulang tanpa sebab
# Batuk lama lebih dari 3 minggu
# Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher
# Kemerahan di sudut mata.
# Dilakukan Pemeriksaan Tuberkulin / Mantoux Test. MT positif jika hasilnya lebih dari 10 mm.
   Tetapi pada anak yang gizinya kurang, meskipun TBC, hasilnya biasanya negatif karena tidak
   memberikan reaksi terhadap MT.

Pengobatan TBC Pada Anak

Prosedur pengobatan penyakit TBC pada anak yang pertama adalah dengan memberikan obat
pembunuh kuman TBC (pengobatan masa I atau 3 bulan pertama).
Tahap berikutnya adalah memberikan obat-obatan yang fungsinya mengepung kuman yang ada
di dalam kelenjar, karena pada tahap ini kuman-kuman sudah masuk ke dalam kelenjar.
Proses pengobatan berlangsung sekitar 6 bulan, dan terkadang ditambah 3 bulan pengobatan untuk
mencegah kekambuhan. Pengobatan harus teratur, tidak boleh berhenti. Kalau distop, bisa jadi
kuman nya akan muncul kembali dan resisten terhadap obat. Pengobatan yang lama memerlukan
kesabaran orang tua dan kepiawaian membujuk anak agar tidak bosan untuk meminum obatnya.




By. Nabilzaky








Kamis, 01 November 2012

Sekarang Saatnya Berhenti Merokok... Quit-Now !!

3 FAKTA TENTANG ROKOK

1. Sebatang rokok menyimpan 4000 zat / bahan kimia berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia,
    diantaranya :

      - Aceton : bahan penghapus cat
      - Ammonia, Dimethrilnitrosamine : pembersih lantai
      - Arsenic : racun mematikan serangga
      - Carbon Monoksida dan Buthane : gas beracun dari knalpot
      - Methanol : bahan bakar roket
      - Cadmium : bahan aki mobil
      - Stearic Acid : bahan pembuat lilin
      - Toluene : pelarut industri, dll


2. Rokok menyebabkan kerusakan dan penyakit pada berbagai organ tubuh


 Asap rokok mengandung Carbon Monoksida yang beracun. Zat racun ini masuk ke dalam aliran
 darah, mempersempit pembuluh darah dan menghalangi aliran oksigen ke jantung dan organ
 penting  lainnya. Hal ini menyebabkan perokok dan orang-orang disekitarnya (perokok pasif)
 memiliki resiko yang tinggi  untuk terkena penyakit jantung







Foto hasil otopsi tubuh
seorang perokok berat

















3. Merokok merusak ekonomi rumah tangga

   Kesempatan yang hilang selama 10 Tahun merokok :

   1 hari = 1 bungkus rokok = Rp.10.000,-
   1 bulan = 30 bungkus = Rp. 300.000,-
   1 tahun = 360 bungkus = Rp. 3.600.000,-
   10 tahun = 3600 bungkus = Rp. 36.000.000,- ( = Biaya haji / pendidikan Sarjana / DP rumah /
                                                                             renovasi rumah / dll / dsb/.....??? )


Jadi......saatnya untuk bilang   QUIT - NOW ......


Post By : Nabilzaky